Sabtu, 29 April 2017

Apa Pengertian manusia ditinjau dari sudut budaya

apa itu manusia ditinjau dari sudut budaya

pertama-tama harus dipahami bahwa pilar pembatas antara manusia {human} dengan yang bukan manusia {infra human} adalah budaya dan kebudayaan. bila manusia ditinjau dari sudut budaya, maka yang menjadi titik pengamatan adalah seluruh hasil aktivitas tingkah lakunya dalam bentuk karya. karena satu-satunya keunggulan manusia dalam berkarya adalah merubah keterhamparan alam yang serba pasif menjadi berfungsi sehingga memiliki nilai tambah.

aktivitas karya-karya manusia berawal dari merubah hamparan alam serba pasif, tahap demi tahap manusia mulai menguasai alam. dengan kata lain ketergantungan manusia terhadap alam semakin tersisih disebabkan oleh kemampuan manusia menggunakan akal pikiran. pada awalnya alam dianggap angke, rimba raya dianggap berpenghuni, pohon-pohon besar diberi sesajen, hutan belantara dibiarkan tumbuh karena dianggap tersinggung penghuninya bila diganggu, kini telah berubah drastis.

tahapan-tahapan perubahan cara berpikir melalui penggunaan akal pikiran melahirkan sejumlah hasil karya manusia dalam bentuk teknologi serba efektif,berhasil guna dan berdaya guna. transportasi menggunakan hewan tunggang,berganti dengan alat-alat transportasi serba canggih. mulai dari beberapa jenis hewan tunggangan beralih ke sepeda, dokar, becak, melejit, silih berganti kepada penciptaan berbagai jenis kendaraan beroda dua, beroda empat, pesawat terbang, kereta api sampai kepada jenis-jenis pesawat luar angkasa.

demikian pula halnya dengan alat-alat komunikasi, berawal dari kentongan selanjutnya kepada model-model alat komunikasi yang praktis berdasarkan generasi penciptaanya, walaupun untuk sementara masih berkhir pada generasi millennium. dalam hal mode, model tempat hunian, perabotan rumah tangga, tempat-tempat transaksi jual beli, keawetan kesehatan, perbaikan gizi dan nutrisi serta sanitasi lingkungan, produk obat-obatan, taman wisata dan rekreasi, sampai kepada rekayasa genetika dan uji coba spesies tertentu dalam scope boikimia, termasuk hujan buatan, bahan kosmetik, juga mencakup clonning serta robot-robot pekerja, semuanya adalah cipta karya manusia yang dituntun oelh akal pikirannya untuk menjawab tantangan alam. bahkan tak dikesampingan pemanfaatkan bahan nuklir dan sinar laser untuk kepentingan kemanusiaan.

demikian pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menempatkan posisi manusia sebagai penguasa dan penakluk alam, yang sebelumnya terkungkung oleh ketergantungan atas belas kasih atas pemberian alam. apabila manusia ditinjau dari sudut budaya menghasilkan sejumlah produk sebagai output dari ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi seperti disebutkan, maka akan timbul pertanyaan "apakah manusia mampu mempertahankan keseimbangan antara keasrian alam dan lingkungan dengan aneka jenis produk ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkannya?" alangkah naif jawabannya jika realisasi keseimbangan baru akan dimulai serta di upayakan, sementara keasrian alam dan lingkungan terjungkal dalam keparahan disebabkan oleh ulah kepesatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah menembus batas ketidakasrian.

di sisi lai, akses terhadap manusia ditinjau dari sudut budaya menjangkau pula penataan nilai-nilai yang seharusnya menjadi suatu keharusan dijunjung tinggi. namun realitasnya menunjukkan adanya involution, sementara disatu pihak hak-hak azasi dan martabat sesam manusia semakin dicanangkan dan semakin terkoyak serta dikoyak. hal ini merupakan dilema sepanjang siklus kehidupan manusia terjebak dalam pretensi ego yang tak terkendali. manifestasinya tampil dalam bentuk-bentuk keinginan menguasai, rapuhnya pengendalian diri, kesewenangan, kekuasaan tak terbatas, sifat serakah dengan ciri otoriter yang melahirkan tirani.

menempatkan secara proporsional posisi manusia ditinjau dari sudut budaya, maka yang terpenting diupayakan adalah kemanpuan melihat dari diri kita sendiri itu selalu dibarengi dengan sentuhan tali rasa manusiawi yang menyatakan "karena manusia aku menjadi manusia" akan lebih mapan pernyataan tersebut bila dipupuk oleh dan melalui tuntutan keimanan, serta kesadaran menagama, menghargai nilai-nilai harkat insani, bersamaan dengan sikap menghagai oarng lain berarti menghargai diri sendiri.

penghargaan bukan sesuatu hadiah, pemberian, atau karena ada sesuatu yang diingini, maka penghargaan harus ditonjolkan bahkan berlebih-lebihan. bila hal ini terjadi, berarti manusia telah kehilangan martabat dan harga diri. maka terbentuklah sikap ingin selalu di puja, sifat menjilat, dan pada gilirannya akan terjurumus ke dalam pemuasan segala-galanya tanpa mengenal batas. bahkan akan menjadi kebiasaan menyalahkan yang benar, membengkokkan yang lurus. kondisi seperti itu pasti anda mengundang konflik yang berkenpanjangan. itulah sebabnya untuk megatasi penonjolan sikap dan sifat seperti disebutkan, maka setiap manusia harus menyadari keberadaan dirinya yang serba terhubung dengan tuhan yang maha esa, terhubung dengan sesamanya manusia dan berhubung dengan lingkungannya. komponen-komponen yang disebutkan inilah yang berfungsi membei makna terdalam terhadap kebenaran dirinya yang mampu menumbuhkankembangkan citra kemanusiaan di dalam sifat manusiawi yang hakiki.





tolong di komentar kareng.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar