Selasa, 23 Mei 2017

pengertian pandangan hidup dan budaya

pengertian pandangan hidup dan budaya

Pada hakekatnya pandangan hidup manusia atau sesuatu kelompok masyarakat senantiasa mencerminkan budaya yang menjadi warisan sosial dari masyarakat bersangkutan. Selain itu, cerminan budaya yang menghasilkan sejumlah produk budaya yang tampil dalam bentuk berbagai hasil budaya {material dan non material} pada dasarnya hal itu merupakan perwujudan ddari keterpaduan antara pandangan hidup dengan budaya masyarakat tersebut.

Seperti halnya dikalangkan masyarakat indonesia khususnya yang beragama islam keterpaduan antara pandangan hidup dengan budaynya tampil jelas dalam saimbol-simbol yang menjadi lambang pada pelaksanaan berbagai upacara adat. Fungsi simbol-simbol tersebut antara lain mewakili konsepsi-konsepsi dan idea-idea tentang hakekat pandangan hidup yang terkandung di dalam syariat agama yang dianutnya.

Lain halnya bila ditelaah keterpaduan antara pandangan hidup dengan budaya yang dimiliki oleh masyarakat barat seperti terungkap dalam pendapatnya mislon dalam {1964} bahwa: " life is more important than scripture or dogma {hidup ini lebih penting daripada apa yang dijelaskan dalam ajaran kitab suci ataupun dalam dogma}".

Dalam pendapat tersebut yang lebih penting ditekankan adalah hidup. Tentang bagaimana cara untuk hidup yang layak, ia tercela, harmonis, dan sebagainya tak perlu dipikirkan. Lebih-lebih yang menyangkut masalah agama, keyakinan, kepercayaan dan keimanan.

Reaksi dari pandangan hidup seperti itu terjadilah involusi budaya yang berorientasi kepada serba kebebasan, serba ketidakaturan sehingga menimbulkan pergeseran nilai-nilai normatif dalam kehidupan yang layak. Akibatnya, bukan merupakan suatu perbuatan aib bila terjadi bunuh diri massal di San Diego Amerika Serikat pada tahun 1998 juga merupakan hal yang biasa perilaku kelompok "gay" dan "lesbian" memprotes agar tindakan mereka disahkan oleh undang-undang. Di Rusia sebelum tumbangnya kekuatan komunis, kebebasan hubungan seks dibolehkan, namun dilarang keras melakukan abortus. Tujuannya bukan berkaitan dengan agama atau keyakinan melaikan akan mengurangi jumlah  pertumbuhan penduduk yang dipersiapkan untuk bela ideologi.

Di prancis tempat tercetsunya teori "kegilaan", perilaku dan tindakan yang dianggap oleh pemikiran normal bahwa hal itu tidak di anggap oleh pemikiran normal bahwa hal itu tidak normal atau tidak wajar, bagi penganut teori tersebut mengannggap normal atau wajar saja. justru yang lebih menarik lagi adalah kasus dukum AS, yang membantai lebih dari 40 dilakukan untuk menambah kekuatan ilmu yang digelutinya dengan menghirup air liur wanita yang telah mati dan sebelumnya telah AS perkosa.

sindikat dalam bentuk jual beli bayi, obat-obat terlarang, penyelundupan senjata, pembajakan informasi tentang rahasia negara, pertentangan suku, ras, dan agama, pernyataan penguasa atau petinggi terkesan kontroversial, termasuk beragam macam tindak kriminal sampai kepada tindakan membakar manusia dengan hidup-hidup karena dituduh mencuri, semuanya terpaut erat dengan konteks pandangan hidup dan budaya.

Kasus-kasus yang disebutkan sebagai suatu rangkaian fenomena sosial  dalam bentuk "permissivenes" dimana segala tindakan dan tingkah laku tidak wajar yang di perangkan atau di tampilkan tidak wajar dalam segala hal. maredith dalam rasyid (1983) menggambarkan fenomena sosial sebagai "curse of westrn society atau kutukan terhadap kalangan masyarakat barat", Seperti di jelaskan bahwa para pelaku dalam kasus-kasus itu tidak lagi mengakui adanya kebenaran abadi (eternal truth). hal demikian dapat dikaji dalam "permissive psychology" yang menjelaskan bahwa "there is no eternal truth, there can be no way knowing fixed standard by which we can judge any issue, no way knowing  what is right  or wrong, and certainly no god to look for to guidance" 
Artinya: "Tidak ada keberatan abadi, tidak ukuran yang pasti untuk mengadili sesuatu, tidak ada jalan untuk mengetahui apa-apa yang benar dan salah, dan tentunya tidak ada Tuhan yang bisa memimpin".

Pendapat di atas menggambarkan serangkaian peristiwa dimana manusia telah kehilangan pijakan sehingga kekaburan menyelimuti hati nurani paling dalam. dikaitkan dengan pandangan  hidup dnabudaya nampak jelas bahwa hakekatnya memiliki pandangan hidup dan budaya nampak jelas bahwa pemeran dalam berbagai kasus yang disebutkan pada hakekatnya memiliki pandangan hidup. Namun dalam hal menentukan dan menetapkan pandangan hidup amat dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu kemantangan atau kedewasaan. Sementara faktor dari luar yang terkait erat dengan kepesatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merubah segala kondisi kehidupan termasuk cara berpikir dalam menerima perubahaan plus menentukan dan menetapkan pandangan hidup.

Akibat belum menatapnya kedewasaan mencapai puncak kematangan, makan cara berpikir untuk menerima perubahan berpengaruh terhadap kemampuan menetukan dan menetapkan pandangan hidup. Sebagai reaksi dari keadaan yang dilukiskan pada akhirnya terjadilah berbagai kasus seperti disebutkan.

Dilain  pihak, kurang mendukung pemahaman dan pendalaman terhadap agama yang yang dianut merupakan juga salah faktor yang menyebabkan terjadinya  kasus-kasus itu. jika dikaitkan dengan budaya, maka pada hakekatnya secara universal budaya yang menghasilkan kebudayaan merupakan perwujudan dari aktivitas tingkah laku manusia baik yang teraga maupun yang tidak teraga.

Dalam hubungannya dengna kasus-kasus tersebut di atas, adalah merupakan aktivitas tingkah laku manusia yang menjadi bagian dari sisi kebudayaan. namun demikian didalam pola budaya yang menghasilkan kebudayaan itu tercakup pula nilai-nilai,norma,hukum,berbagai keharusan normatif, larangna sanksi dan unsur-unsur lainnya. oleh sebab itu, fenomena sosial yang tampil dalam berbagai kasus yang disebutkan, bukan merupakan anasir keebudayaan didalam pengertian esensial, melainkan hanya sebagai refleksi dari tingkah laku teraga yang mengalami penyimpangan. alasannya karena tidak mewakili tingkah laku seluruh anggota masyarakat.

Dari uraian-uraian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pandangan hidup dan budaya harus terjalin harmonis. walaupun pandangan hidup wujudnya berada konteks  abstraktif konseptual, namun sangat berpengaruh terhadap karakteristik budaya sekelompok masyarakat. demikian halnya dengan budaya sekelompok masyarakat. demikian halnya dengan budaya yang  lebih menonjolkan aspek fisik material, seyogyanya harus serasi dengan pandangan hidup, maka konsekuensinya dapat dipahami dalam pernyataannya maredith tersebut diatas.

Disisi lain, keterkaitan padangan hidup dengan budaya bukan dimaksudkan bahwa budaya. yang berkembang pesat didukung oleh dinamika kepesatan perkembangan nalar dan wawasan serta pemikiran yang menghasilkan sejumlah produk teknologi canggih harus takluk kepada pandangan hidup yang sifatnya abstrak konseptual itu. akan tetapi dalam hal tersebut yang lebih diutamakan adalah konstalasi budaya tetap berpijak pada lingkup pola pandangan hidup, sehingga tidak terjadi inflasi pembudayaan yang berakhir pada pembenaran secara radikal terhadap semua cara yang di anggap sebagai resultasi kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar